INOVATOR:
Ni Made Ayu Sumaningsih, S.Pd
SMP Negeri 1 Tanjung
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran, agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kekuatan spiritual sesuai dengan tujuan pembangunan nasional (Mulyana, 2008). Untuk mewujudkannya, keseriusan dan kesungguhan dari berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan sangat dibutuhkan.
Penguatan pendidikan karakter menjadi isu penting pendidikan. Budaya religius mencakup perilaku akhlak kerja yang terjadi karena internalisasi keyakinan nilai kerja yang berasal dari bahan akhlak mulia, baik nilai spiritual, keagamaan, Imtaq, Iptek, adat istiadat, hukum, maupun etika yang dapat ditumbuhkan sebagai etos kerja. Namun akhir-akhir ini sikap mental dan karakter anak mengalami penurunan drastis.
Adapun masalah yang ditemukan terkait dengan hasil belajar yang ditemui di kelas VII.2 yaitu: Pertama, beberapa siswa melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter, seperti tindakan merusak lingkungan, malas membersihkan kelas, berkelahi dengan teman sekelas, tidak menghormati guru, dan melanggar disiplin di sekolah. Kedua, banyaknya mainan canggih (gadget) yang menggeser mainan tradisional. Ketiga, kebiasaan siswa yang manja teknologi dan bersifat individual. Semakin canggih sarana transportasi motor dan mobil membuat kita melupakan indahnya bersepeda dan jalan kaki. Demikian juga dengan penggunaan alat listrik dan rumah tangga. Penggunaan listrik, AC, Kulkas yang membuat hidup kita nyaman, ternyata membawa dampak buruk bagi lingkungan berupa pemanasan global yang berdampak pada isu lingkungan yaitu perubahan iklim. Keempat, kemampuan memahami dan melakukan praktik terkait materi pemanasan global masih rendah. Tampak dari nilai ulangan harian siswa tahun lalu untuk materi pemanasan global hanya 10 orang yang tuntas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, inisiator membuat media pembelajaran SIBONAR. Sibonar memiliki akronim simulasi Boneka dan gambar. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam membuat media Sibonar: Kertas kardus atau bisa juga karton manila putih, Crayon, Pensil gambar, Gunting, Paku, Benang/tali dan Kayu. Media Sibonar menjadi sesuatu yang beda (unik) di mana Materi yang abstrak untuk dapat dipahami siswa dibuatkan dalam bentuk cerita yang terintegrasi HOTs, TPACK sesuai kecakapan pembelajaran abad 21. Saya mengusulkan karya ini sebagai salah satu inovasi pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan: pertama, kebaharuan terletak pada karakter utama yang saya buat yaitu Nina. Pemilihan nama tersebut berdasarkan kearifan lokal bahasa sasak di Lombok untuk menyebut gender perempuan disebut nina. Nina berperan sebagai tokoh manusia yang akan berinteraksi dengan gas-gas rumah kaca tersebut. Kedua, terdapat karakter manusia dari berbagai agama untuk menegaskan bahwa lingkungan itu harus dijaga sesuai dengan ayat di agama masing-masing. Ketiga, karakter gas rumah kaca ada yang sebagai monster/penjahat (CO2, CH4, CFC, SO dan NO) dan sebagai pahlawan (ozon superhero) akan bermain peran sesuai skenario yang telah dibuat. Keempat, Inovasi ini mengantarkan saya menjadi juara 1 pada lomba inovasi guru tingkat kabupaten Lombok utara. Karya ini juga menang sebagai 10 finalis terbaik dalam ITSF (Indonesian Toray Science Foundation). Anak-anak berperan sesuai dengan karakter yang didapat. Sibonar dapat menjadi salah satu alternatif metode inovasi pembelajaran yang bermakna, mendalam dan menyenangkan.
Tujuan Inovasi :
SIBONAR bertujuan untuk memudahkan dalam belajar pemanasan global, melestarikan mainan tradisional, menumbuhkan karakter kerja sama, mencintai lingkungan yang bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa dan perbaikan karakter.
Manfaat Inovasi
· Bagi Siswa
Dengan adanya media Sibonar diharapkan siswa lebih aktif melalui pembiasaan nilai karakter dan menyukai pelajaran IPA, karena materinya diadaptasikan dalam cerita sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung dengan terlibat bermain peran menggunakan gambar karakter yang menarik.
· Bagi Guru
Guru dapat melatih kreativitas, menciptakan program, metode atau alat dan media yang inovatif dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran.
· Bagi Sekolah
Sekolah menggunakan media Sibonar sebagai salah satu alternatif pembelajaran sehingga terdapat variasi dalam mengajar dan mendidik siswa.
Hasil Inovasi
Media Sibonar membuat siswa menjadi lebih aktif melalui pembiasaan nilai karakter dan menyukai pelajaran IPA, karena materinya diadaptasikan dalam cerita, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung dengan terlibat bermain peran menggunakan gambar yang menarik.
Pembelajaran media boneka Angkrok yang digunakan pada materi pemanasan global meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai siswa meningkat yaitu pada siklus I adalah 70,3 (predikat cukup) dan pada siklus II diperoleh nilai rata-ratanya adalah 81,0 (predikat baik) dengan indikator kinerja 70. Target KKM tercapai.
Respon siswa terhadap 10 item pembelajaran menggunakan media Sibonar berada pada kategori kuat (70) dengan rincian sebagai berikut.
69,7% siswa menyatakan rajin membersihkan ruang kelas atau sebanyak 23 siswa dari 33 siswa.
84,8% siswa dapat membedakan sampah organik dan anorganik sesuai dengan warna tong sampah atau 28 siswa dari jumlah seluruhnya 33 siswa.
96,9% siswa menyatakan senang bergaul dan bekerja sama dengan teman atau 32 siswa dari 33 siswa.
90,9% siswa lebih memilih menggunakan sepeda/jalan kaki di bandingkan motor atau sebanyak 30 siswa dari total 33 siswa.
72,7% siswa menyatakan lebih bijak dalam menggunakan listrik atau sekitar siswa 24 dari 33 siswa.
78,7% siswa menyatakan lebih giat dalam melakukan penghijauan atau sekitar 26 siswa dari 33 siswa.
96,9% siswa menyatakan media Sibonar menarik atau sekitar 32 siswa dari 33 siswa.
93,9% siswa atau 31 siswa dari 33 siswa menyatakan lebih memahami pengetahuan agama setelah mempelajari materi dengan media Sibonar.
93,9% siswa menyatakan media Sibonar dapat menumbuhkan motivasi belajar atau sekitar 31 siswa dari 33 siswa.
93,9% atau sekitar 31 siswa dari 33 siswa menyatakan peduli dan mencintai lingkungan.