Untuk membantu coach dalam melakukan sebuah percakapan coaching yang efektif dan bermakna, dalam program pelatihan ini kita akan mengacu pada sebuah alur percakapan coaching yang terstruktur yaitu alur TIRTA. Alur ini menuntun cara coach dalam melakukan percakapan coaching, dari awal sampai akhir. Alur ini sangat berguna bagi coach dan coachee agar tetap fokus pada percakapan coaching, bukan perkapan mentoring, konsultasi, konseling, atau bahkan percakapan saja tanpa kejelasan topik dan tujuan.
Alur TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan banyak digunakan yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika diibaratkan coachee adalah air, maka coaching akan membuat ia merdeka, seperti air yang mengalir tanpa sumbatan untuk memaksimalkan potensinya.
Dalam percakapan coaching dengan alur TIRTA, seorang coach akan menggunakan prinsip, mindset, dan kompetensi coaching agar dapat memfasilitasi coachee untuk belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana untuk pengembangan diri. Salah satu peran penting coach adalah membantu coachee untuk menyadari potensi yang dimiliki untuk mengembangkan kompetensi dirinya, dan untuk menjadi mandiri melalui pendampingan yang memberdayakan coachee. Sehingga penting untuk diingat bahwa percakapan coaching perlu di awali dengan membangun hubungan baik yang efektif, saling menghormati dan percaya antara coach dan coachee. Hal ini untuk menumbuhkan rasa percaya dan aman bagi coachee untuk berbagi pengalaman dan bertukar pikiran dengan bebas tanpa merasa ada penilaian (judgement). Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah memastikan coachee memiliki pemahaman yang sama mengenai apa itu coaching sehingga coachee menyadari sepenuhnya maksud dan tujuan coaching sebagai salah satu metode pendampingan yang memberdayakan. Di mulai dengan menetapkan niat ingin mendengarkan, ingin mendampingi, ingin menjadi teman berpikir. Niat yang kuat akan tampak dari cara berkomunikasi yang netral, rasa di hati ringan, sabar, tidak terburu-buru, dan rasa ingin tahu tumbuh lebih kuat.
Berikut ini adalah alur percakapan coaching TIRTA:
1. Tujuan Umum
Coach dan coachee menyepakati tujuan percakapan coaching yang akan berlangsung. Tujuan ini akan menjadi fokus percakapan sehingga tidak melebar ke hal-hal diluar topik. Tujuan harus datang dari coachee. Di tahap ini coach banyak mendengarkan dan menggali pemikiran coachee dengan memberikan pertanyaan yang berbobot. Coach dapat membantu memformulasikan tujuan percakapan berdasarkan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh coachee. Berikut beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan pada tahap ini:Apa rencana pertemuan ini?
Apa tujuan dari pertemuan ini?
Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Apa yang ingin Bapak/Ibu capai dalam 3-6 bulan ke depan?
Di sesi ini apa yang Bapak/Ibu ingin bahas lebih spesifik tentang hal itu?
Apa yang ingin Bapak/Ibu dapat dari pertemuan ini?
2. Identifikasi
Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada. Dapatkan gambaran kondisi ideal yang diharapkan untuk terjadi. Berikut beberapa contoh pertanyaan dalam tahap identifikasi:
Apa yang Bapak/Ibu maksud dengan …..?
Bagaimana situasinya saat ini?
Apa yang ingin Bapak/Ibu capai?
Apa alasannya?
Apa prioritas Bapak/Ibu sekarang?
Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang?
Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Bapak/Ibu?
Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?
Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil?
Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan?
Apa yang tidak berjalan sesuai rencana?
Apa solusinya?
3. Rencana Aksi
Di tahap ini coach melakukan pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat. Di tahap ini terbuka kesempatan untuk coach berbagi pengalaman, hanya bila diperlukan, dan seizin coachee. Berikut beberapa contoh pertanyaan di tahap ini:
Apa ide Bapak/Ibu?
Apa rencana Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan?
Adakah prioritas?
Apa strategi untuk itu?
Bagaimana jangka waktunya?
Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu?
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?
Apa yang Bapak/Ibu dapat lakukan secara berbeda?
Apa alternatif solusinya?
Apa yang perlu disiapkan?
Apa yang harus berubah?
Apa lagi?
Selain itu?
4. TAnggung jawab
Di tahap ini coach akan memberikan pertanyaan agar coachee dapat membuat komitmen atas tindak lanjut berdasarkan pada hasil yang dicapai dari percakapan di tahap-tahap sebelumnya. Berikut beberapa contoh pertanyaan di tahap ini:
Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi ini?
Aktivitas mana yang Bapak/Ibu akan lakukan?
Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya?
Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen?
Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Apa kesimpulan Bapak/Ibu terhadap hasil coaching hari ini?